Gatal Sekujur Tubuh Ternyata Gejala Kanker Bagi Wanita Ini
Jakarta, Karir Lucy dan Liam Crossley sedang mulus. Sebentar lagi mereka juga mulai mengucap janji sehidup semati. Hingga tiba-tiba di bulan Juni 2013 dulu Lucy mengalami gatal hebat di sekujur tubuhnya. Anehnya, ia tidak menemukan bekas gigitan serangga ataupun ruam.
"Saat itu ia sedang menjalani pelatihan bagi pekerjaan barunya. Tahu-tahu ia menelepon aku dan menyampaikan hal itu. Saya percaya itu serius," kata Liam.
Lucy pun coba mendatangi klinik terdekat. Dokter di sana menduga wanita ini terserang scabies atau gatal yg dipicu oleh tungau kulit. Namun meskipun telah diberi lotion buat pengobatan, gatal di tubuh Lucy tidak kunjung hilang.
Saat pulang ke Leeds, Liam melihat kulit istrinya sampai berdarah-darah cuma karena digaruk. Keduanya kemud ian menetapkan mendatangi dokter yang lain yg memberinya antihistamine karena dikira gatal itu adalah reaksi alergi.
Baca juga: Hobi Garuk-garuk Dapat Picu Biang Keringat? Ini Kata Dokter
Namun setelah tiga kali bolak-balik ke dokter dengan keluhan yg sama, barulah kemudian Lucy dirujuk buat menjalani ultrasound. Saat itu perutnya juga terasa sakit dan kulitnya menguning dengan gatal yg tidak mau pergi.
"Lagi-lagi dikira batu empedu, tapi dari mesin ultrasound tak kelihatan apa-apa, jadi Lucy dikembalikan ke dokternya," kata Liam.
Hingga akhirnya di penghujung bulan Agustus, Lucy dikeluarkan dari pekerjaannya karena terlalu kadang cuti sakit. Saat itu Lucy mengeluhkan dadanya yg terasa sesak. Liam dulu membawanya ke IGD Dewsbury Hospital di mana mereka melakukan tes fungsi hati.
"Hasilnya luar biasa. Kadar bilirubinnya mencapai 395, padahal seharusnya cuma 17," ungkap Liam.
Akhirnya Lucy dirawat di rumah sakit selama lebih dari tiga pekan, sekaligus bagi mengetahui apa yg sedang terjadi padanya. Pada bulan September, Lucy dipindahkan ke St James's Hospital, Leeds dan diperiksa oleh lima dokter konsultan sekaligus, sebelum akhirnya menjalani scan dan ditemukan adanya penyumbatan di saluran empedu kirinya.
Namun akhirnya pada bulan Oktober 2013, barulah ketahuan bila sebenarnya Lucy mengidap kanker saluran empedu.
Sayangnya kankernya telah pada stadium lanjut sehingga tidak mampu dioperasi. Satu-satunya yg dapat ditawarkan hanyalah kemoterapi. Di pertengahan sesi kemo, Liam dan Lucy akhirnya menikah pada bulan Oktober 2014.
"Ia tak kelihatan sakit sama sekali, dan menjadi pengantin paling cantik yg pernah aku lihat," puji Liam.
Namun kebahagiaan mereka tidak berselang lama. Dua hari selepas Natal, Lucy tidak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit. Ia sudah mengalami pendarahan internal karena tumor menekan pembuluh darah di livernya. Dokter jug a sudah memberitahu keduanya bahwa tidak ada yg mampu dikerjakan buat menghentikan kanker tersebut.
Lucy memang mampu bertahan hingga hari Valentine tahun lalu. Namun beberapa hari setelahnya, ia kembali lagi ke rumah sakit bagi menjalani bypass di pembuluh darahnya, tapi tidak pernah bangun lagi dan meninggal dunia pada tanggal 20 Februari 2015 dalam usia 29 tahun.
"Tidak ada satupun orang yg dapat mengerti perasaan saya, tapi aku tidak mau orang-orang merasakan hal yg sama. Saya ingin penyakit ini diketahui banyak orang dan dicegah," tutupnya.
Baca juga: Jangan Asal Pakai Obat, Tak Semua Bercak Putih di Kulit Adalah Panu
Tren kanker saluran empedu atau cholangiocarcinoma konon memang sedang meningkat. Di tahun 2010, 1.832 penduduk Inggris didiagnosis dengan kanker ini dan 1.720 di antaranya meninggal dunia. Tiga tahun berikutnya, 1.965 terdiagnosis dan jumlah korban meninggal mencapai 2.161.
Prof Simo n Taylor-Robinson, konsultan liver dan peneliti dari Imperial College, London menjelaskan, tidak banyak yg tahu tentang penyakit ini. Apalagi saluran empedu berukuran sangat kecil, sehingga bila ditumbuhi tumor, maka besarnya juga tidak seberapa dan sulit terdeteksi.
Namun ia mengakui belakangan penyakit ini akan banyak ditemukan, bahkan pada pasien anak dan remaja, dengan contoh perkara pada remaja berumur 12 tahun.(lll/up)
Sumber: http://health.detik.com
Jakarta, Karir Lucy dan Liam Crossley sedang mulus. Sebentar lagi mereka juga mulai mengucap janji sehidup semati. Hingga tiba-tiba di bulan Juni 2013 dulu Lucy mengalami gatal hebat di sekujur tubuhnya. Anehnya, ia tidak menemukan bekas gigitan serangga ataupun ruam.
"Saat itu ia sedang menjalani pelatihan bagi pekerjaan barunya. Tahu-tahu ia menelepon aku dan menyampaikan hal itu. Saya percaya itu serius," kata Liam.
Lucy pun coba mendatangi klinik terdekat. Dokter di sana menduga wanita ini terserang scabies atau gatal yg dipicu oleh tungau kulit. Namun meskipun telah diberi lotion buat pengobatan, gatal di tubuh Lucy tidak kunjung hilang.
Saat pulang ke Leeds, Liam melihat kulit istrinya sampai berdarah-darah cuma karena digaruk. Keduanya kemud ian menetapkan mendatangi dokter yang lain yg memberinya antihistamine karena dikira gatal itu adalah reaksi alergi.
Baca juga: Hobi Garuk-garuk Dapat Picu Biang Keringat? Ini Kata Dokter
Namun setelah tiga kali bolak-balik ke dokter dengan keluhan yg sama, barulah kemudian Lucy dirujuk buat menjalani ultrasound. Saat itu perutnya juga terasa sakit dan kulitnya menguning dengan gatal yg tidak mau pergi.
"Lagi-lagi dikira batu empedu, tapi dari mesin ultrasound tak kelihatan apa-apa, jadi Lucy dikembalikan ke dokternya," kata Liam.
Hingga akhirnya di penghujung bulan Agustus, Lucy dikeluarkan dari pekerjaannya karena terlalu kadang cuti sakit. Saat itu Lucy mengeluhkan dadanya yg terasa sesak. Liam dulu membawanya ke IGD Dewsbury Hospital di mana mereka melakukan tes fungsi hati.
"Hasilnya luar biasa. Kadar bilirubinnya mencapai 395, padahal seharusnya cuma 17," ungkap Liam.
Akhirnya Lucy dirawat di rumah sakit selama lebih dari tiga pekan, sekaligus bagi mengetahui apa yg sedang terjadi padanya. Pada bulan September, Lucy dipindahkan ke St James's Hospital, Leeds dan diperiksa oleh lima dokter konsultan sekaligus, sebelum akhirnya menjalani scan dan ditemukan adanya penyumbatan di saluran empedu kirinya.
Namun akhirnya pada bulan Oktober 2013, barulah ketahuan bila sebenarnya Lucy mengidap kanker saluran empedu.
Sayangnya kankernya telah pada stadium lanjut sehingga tidak mampu dioperasi. Satu-satunya yg dapat ditawarkan hanyalah kemoterapi. Di pertengahan sesi kemo, Liam dan Lucy akhirnya menikah pada bulan Oktober 2014.
"Ia tak kelihatan sakit sama sekali, dan menjadi pengantin paling cantik yg pernah aku lihat," puji Liam.
Namun kebahagiaan mereka tidak berselang lama. Dua hari selepas Natal, Lucy tidak sadarkan diri dan dilarikan ke rumah sakit. Ia sudah mengalami pendarahan internal karena tumor menekan pembuluh darah di livernya. Dokter jug a sudah memberitahu keduanya bahwa tidak ada yg mampu dikerjakan buat menghentikan kanker tersebut.
Lucy memang mampu bertahan hingga hari Valentine tahun lalu. Namun beberapa hari setelahnya, ia kembali lagi ke rumah sakit bagi menjalani bypass di pembuluh darahnya, tapi tidak pernah bangun lagi dan meninggal dunia pada tanggal 20 Februari 2015 dalam usia 29 tahun.
"Tidak ada satupun orang yg dapat mengerti perasaan saya, tapi aku tidak mau orang-orang merasakan hal yg sama. Saya ingin penyakit ini diketahui banyak orang dan dicegah," tutupnya.
Baca juga: Jangan Asal Pakai Obat, Tak Semua Bercak Putih di Kulit Adalah Panu
Tren kanker saluran empedu atau cholangiocarcinoma konon memang sedang meningkat. Di tahun 2010, 1.832 penduduk Inggris didiagnosis dengan kanker ini dan 1.720 di antaranya meninggal dunia. Tiga tahun berikutnya, 1.965 terdiagnosis dan jumlah korban meninggal mencapai 2.161.
Prof Simo n Taylor-Robinson, konsultan liver dan peneliti dari Imperial College, London menjelaskan, tidak banyak yg tahu tentang penyakit ini. Apalagi saluran empedu berukuran sangat kecil, sehingga bila ditumbuhi tumor, maka besarnya juga tidak seberapa dan sulit terdeteksi.
Namun ia mengakui belakangan penyakit ini akan banyak ditemukan, bahkan pada pasien anak dan remaja, dengan contoh perkara pada remaja berumur 12 tahun.(lll/up)
Sumber: http://health.detik.com